Perjalanan Ke Mammuju Utara
Sudah seminggu ini, saya berjalan jauh dari ibukota sulawesi selatan, Makassar. Malam itu, dengan menaiki angkutan darat milik perusahaan Cahaya Bone, saya berangkat menuju salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat. Sulawesi Barat sebelum dimekarkan adalah wilayah dari Propinsi Sulawesi Selatan.
Sulawesi Barat memang lagi ramainya dibincangkan, karena katanya memiliki potensi alam yang luar biasa. Apa benar, tanya saya selalu dalam otakku? Mungkin suatu saat saya harus langsung kesana...
Pas lagi suntuk dan ingin refresh dulu, saya menghubungi salah seorang teman yang memang kurang lebih 3 tahun ini menetap disana untuk mengolah industry kayu dan pembibitan sawit. Wilayahnya berada di daerah PasangKayu, ibukota Mammuju Utara. Lalu kemudian saya tanya via telphone" berapa lama perjalanan dari Makassar ke tempatmu...Teman saya lalu menjawab dengan nada enteng" yachhh paling kalau kau berangkat malam, tiba siang di daerah saya. Wow apa benar segitu jauhnya, soalnya paling jauh saya naik darat sekitar 6 jam perjalanan saja, itu pun semua badan dan organ tubuh mengeluh bukan main pada rohani saya....hahaha.
Waktunya pun tiba, setelah menyeleseikan beberapa pekerjaan di kota Makassar, Rabu Malam saya berangkat naik bus milik Cahaya Bone. Kantornya dekat Masjid Raya Kota Makassar, Jalan Andalas. Bus yang full AC, wahh kayaknya suasana akan dingin, dan saya berdoa mudah mudahan tidak mabok perjalanan. Saya pun siapkan bekal, beli roti diswalayan terdekat, karena jika perut keroncongan saya harus ngemil, untuk menjaga kondisi perut agar tidak mabok perjalanan. Itu tips saya mengatasi Mabok, apalagi perjalanan yang jauh kurang lebih Sehari semalam dalam perjalanan.
Di perjalanan saya mesti tidur, karena hari sudah malam...saya terbangun di subuh menjelang, pas lagi berada di jalan berkelok dan mendaki, kemudian saya tanya sama kernet mobil... Pak ini sudah dimana?...tanya saya sambil berharap bahwa ini sudah dekat... Sudah mau masuk Kota Mammuju Pak, kurang lebih 30 menit lagi, wah syukurlah sepertinya tempat yang akan saya tuju sudah dekat (harap saya dalam hati)..Saya pun bertanya lagi, daerah PasangKayu apa masih jauh pak, Kernet mobil pun menjawab dengan nada pelan,,, Masih jauh pak, paling InsyaAllah siang kita tiba disana....
Bus yang saya tumpangi telah mendapati siang di perjalanan...sudah jelas terlihat pemandangan sekitar, bus berjalan pelan saja karena kita memang lagi menyusuri wilayah ketinggian yang panjang...Terlihat hamparan sawit yang sejauh mata memandang, bahkan dipinggir jalan pun jarang rumah penduduk yang kita temui...hamparan kebun sawit yang luas dan panjang milik Perum Pemerintah dan Swasta, serta beberapa masyarakat yang lagi asyik memanen buah sawitnya. Hanya itu sepanjang perjalanan, sambil mendengarkan lagu bugis dangdut yang diputar oleh kernet mobil, semakin menambah kekaguman saya akan alam Negeri.
Negeri kita memang sangat luas, wajar saja siapapun yang memerintah akan kelabakan dengan daerah jangkauan di negeri kita. Bayangkan saya, di Propinsi Sulawesi Barat yang baru saja mekar, untuk mencapai satu kabupaten dengan kabupaten yang lain perlu perjalanan kurang lebih 8 jam untuk sampai ke ibukota masing masing kabupaten. Menempuh jalur udara pun masih sangat riskan, karena Bandara hanya ada satu di Mammuju Kota saja dan di Palu (ibukota Sulawesi Tengah). Jarak antara Mammuju Kota dan Palu kurang lebih 12 jam perjalanan...wilayah yang panjang.
KOmoditi yang lagi trend di daerah Mammmuju Tengah dan Utara adalah Perkebunan Sawit...Banyak perusahaan multinasional membuka lahan perkebunan sawit. Warga pun menjadi terbantu dengan aktifitas itu. Mereka akhirnya, yang semula terkendala dengan distribusi dan perdagangan, terbantu akan kehadiran perusahaan perusahaan tersebut.
Menurut kabar angin yang saya dengar, Daerah Sulbar juga mengandung potensi tambang yang luas, namun belum terolah. Masih perkebunan sawit yang menjadi unggulan. Di Mammuju Utara, suku asli yang mendiami area itu adalah suku Kaili, yang banyak ditemui di wilayah suawesi tengah. Memang Pasang Kayu dan sekitarnya dulunya adalah daerah sulawesi tengah. Sekarang sudah banyak warga yang berdatangan utamanya dari wilayah selatan, mereka tinggal dan menetap disana, yach kurang lebih ada yang sudah beranak cucu disana. Suku Bugis, Makassar dan Mandar banyak yang memilih mencari peruntungan lahan disana. Rata rata sudah berhasil....
Saya sempat berbincang dengan salah seorang ibu yang terlihat menggendong cucunya, saya bertanya " Ibu orang apa , aslinya darimana...
Ibu : saya bugis bone, namun saya sudah menjadi penduduk disini karena sejak dari kecil sudah tinggal disini...Wahhh dulu kami menempuh jalur laut untuk kesini, lalu orang tua membuka lahan yang memang masih perawan ...sekitar 30 tahun lalu "ujarnya sang ibu sambil mata berkaca" karena mengingat orang tua... Bapak memilih tinggal di jauh di hutan, karena untuk menghidupi kami (anak-anaknya), jika pekerjaan yang dulu di Makassar (menarik becak) bagaimana saya bisa menghidupi anak anak saya.
Dulu waktu pertama kali tiba disini, masih hutan lebat...belum ada jalan seperti sekarang, hanya ada pelabuhan mini di pinggir laut. Tanpa persuratan, warga warga yang berdatangan menetapkan lahannnya sendiri, bapak saya memilih jauh tinggal di hutan, agak jauh dari warga yang dipinggir laut..Bapak membangun rumahnya dari tiang tiang besar pepohonan, kami bermain disana...Dulu belum ada beras, karena tak ada sawah....kami hanya memakan ubi ubian saja..(ibu itu semakin berkaca, membandingkan dengan keadaan sekarang). Setelah itu, bapak kemudian berkeras untuk menanam padi di lahan yang memang sangat luas...dulu banyak binatang-binatang aneh, setiap saat ada kabar warga yang mati karena dipatok ular yang sebesar pohon terbesar...Namun entahlah binatang binatang itu, kemana sekarang.
Hingga lahan lahan sawit dirintis, oleh pemerintah...mereka memulai menanamnya...dan sekarang kami menikmatinya....
(KOPIKATA)...
Comments
Post a Comment